Carolina Shiino, seorang model dengan tinggi 172 cm berusia 26 tahun dari Nagoya terpilih sebagai Miss Grand Prix (Juara 1) pada kontes Miss Japan 2024 yang artinya “The highest level of beauty for Japanese women” di ajang ini pada 22 Januari lalu.
Carolina yang kedua orang tua kandungnya berdarah asli Ukraina ini pindah ke Jepang ketika berumur 5 tahun ketika ibunya menikah kembali dengan seorang pria Jepang.
Kemenangan Carolina memicu perdebatan karena identitas dan penampilan fisiknya yang sama sekali tidak terlihat seperti orang Jepang karena memang tidak ada darah Jepang dalam dirinya.
Kontroversi kemenangan Carolina sebagai Miss Japan bukanlah yang pertama. Hampir satu dekade lalu dunia dikagetkan dengan terpilihnya Ariana Miyamoto seorang biracial keturunan Jepang dengan ayah beretnis Afro-Amerika sebagai Miss Universe Japan 2015. Walaupun sempat menimbulkan ketidaksukaan di kalangan masyarakat Jepang tentang kemenangan seorang wanita yang “tidak murni orang Jepang” sebagai Miss Japan, pada akhirnya Ariana yang penampilan fisiknya terlihat sangat Afro-Amerika masih cukup diterima oleh masyarakat Jepang mengingat ibunya memang asli orang Jepang. Apalagi Ariana berhasil masuk Top 10 di ajang Miss Universe 2015.
Sedangkan Carolina Shiino yang bahkan tidak terlahir di Jepang dan baru mendapat kewarganegaraan Jepang tahun lalu bisa terpilih menjadi Miss Japan mencuatkan kembali debat sebenarnya apa sih definisi menjadi “orang Jepang”? dan bagaimana standar kecantikan wanita Jepang? Banyak rakyat Jepang yang menyesalkan kemenangan seorang bule menjadi Miss Japan, seolah menyiratkan bahwa wanita asli Jepang tidak memiliki peluang untuk menang karena nilai-nilai kecantikannya dianggap berada di bawah standar nilai-nilai kecantikan modern.
Netizen Jepang berpendapat bahwa kemenangan Carolina dapat mengirimkan “pesan yang salah” pada dunia tentang negara Jepang. Namun di sisi lain ada pula yang mendukung kemenangannya. “Selama dia warga negara Jepang, maka dia ya orang Jepang.” Kemenangan warga naturalisasi sebagai Miss Japan kemudian dibandingkan dengan atlet naturalisasi yang berkompetisi untuk Jepang.
Jepang adalah negara yang secara etnis homogen dan tingkat imigrasi yang relatif rendah, sehingga dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong pihak berwenang untuk mendorong lebih banyak penduduk dan pekerja asing untuk menutup kesenjangan yang disebabkan oleh populasi yang menua.
Ai Wada, penyelenggara kontes Miss Nippon mengatakan kepada BBC bahwa para juri telah memilih Carolina Shiino sebagai pemenang Grand Prix dengan “keyakinan penuh”. Carolina adalah “wanita Jepang yang pekerja keras, namun rendah hati dan memiliki rasa kepedulian yang kuat terhadap orang lain. Dia berbicara dan menulis dalam bahasa Jepang yang indah dan sopan. Dia lebih orang Jepang daripada kita.” kata Ms. Wada. Carolina sejak kecil memang dibesarkan di prefektur Aichi, wilayah Nagoya, jadi pola pikir dan pribadinya sangat Jepang, walaupun dari luar tidak seperti orang Jepang.
Selama hidupnya, Carolina banyak menghadapi kesenjangan dalam hidup bermasyarakat di Jepang. “Karena kesenjangan ini, saya berjuang dengan identitas saya sendiri, namun saya mendapatkan pekerjaan sebagai model dan mampu menerima individualitas saya.” Ia juga terlibat dalam layanan jejaring sosial dan kegiatan sukarela untuk mendukung orang-orang yang memiliki berbagai kesenjangan dan kekhawatiran dalam masyarakat yang beragam saat ini. “Melalui aktivitas Miss Japan-ku, aku ingin menjangkau lebih banyak orang dengan suaraku.”, begitu kata Carolina dalam biodatanya di situs Miss Nippon.
Dalam interviewnya dengan CNN, Carolina mengatakan “Bagaimanapun, kita hidup di era keberagaman – di mana keberagaman dibutuhkan,” katanya. “Ada banyak orang seperti saya yang khawatir dengan kesenjangan antara penampilan dan (siapa sebenarnya diri mereka).” Dia menambahkan: “Saya terus dibilang bahwa saya bukan orang Jepang, tapi saya benar-benar orang Jepang, jadi saya berkompetisi di Miss Jepang dengan sungguh-sungguh percaya pada diri saya sendiri. Saya sangat senang diakui seperti ini.”
Dalam situs resminya (www.missnippon.jp), konsep kontes Miss Jepang bertujuan untuk “kecantikan Jepang yang terdepan”. Jadi, kontes ini bercita-cita untuk menyempurnakan “kecantikan Jepang” dan mendorong pemudi Jepang untuk berperan aktif dalam masyarakat. Kecantikan tidak hanya sekedar penampilan fisik, namun juga berbagai aspek kemanusiaan, seperti sikap mental dan kemampuan bersosialisasi.
Kontes Miss Jepang (Miss Nippon) pertama kali diselenggarakan pada tahun 1950 dan disponsori oleh salah satu surat kabar terbesar di Jepang, Yomiuri Shimbun. Awalnya diselenggarakan untuk memilih “brand ambassador” Jepang untuk Amerika Serikat yang akan menyampaikan ucapan terima kasih dari Jepang atas bantuan kemanusiaan Amerika setelah Perang Dunia II.
Edisi perdananya dimenangkan oleh Fujiko Yamamoto yang kemudian menjadi aktris sukses. “Keanggunannya yang bermartabat” kemudian menjadi standar kecantikan baru bagi wanita Jepang di tahun-tahun berikutnya.
Setelah jeda selama 15 tahun, kontes ini dihidupkan kembali pada tahun 1967 oleh Shizuo Wada, yang kemudian menjadi instruktur olahraga kesehatan dan kecantikan di televisi yang terkenal. Kontes ini sekarang dijalankan oleh cucunya Ai Wada.
Miss Jepang yang diikuti Carolina (Miss Nippon) bukan bagian dari rangkaian kontes kecantikan internasional dan tidak terafiliasi dengan kompetisi global seperti Miss World dan Miss Universe.
Menurut kalian gimana guys? Apakah kalian terima kalau suatu hari yang terpilih menjadi Puteri atau Miss Indonesia nanti adalah orang yang sama sekali tidak ada darah Indonesia?
Penulis: Adit