Setiap era pergantian jaman akan ada ‘sesuatu’ yang menjadi trending, seperti fenomena Citayam Fashion Week 2022 mengingatkan pada era akhir 80an tepatnya ditahun 1987 muncul juga dengan nama JJS Lintas Melawai.
Mengulik budaya culture pop dengan sajian kekinian pada era jaman tersebut, menghadirkan trending bahkan viral dan dikenang sebagai bagian gaya hidup yang tidak akan terlupakan bagi kawula anak-anak muda.
Salah satunya yang turut merasakan lintas generasi fenomena trending JJS Lintas Melawai dan Citayam Fashion Week adalah Oyasujiwo Poetranto, melalui akun Facebook pribadinya ia membagikan pengalaman melihat dari dekat perbedaan kedua trending tersebut.
Trending 2022 :
Citayam Fashion Week
Trending 1987 :
JJS Lintas Melawai, kawula muda rame-rame tari kejang pake baju setrit sambil ngomong prokem,
“Biarin memble, yang penting kece!”
CFW mengingatkan saya pada JJS alias Jalan-jalan Sore di Lintas Melawai tahun 80-an. Iya, saya pelaku juga waktu itu. Jadi bisa relate dengan fenomena CFW saat ini.
Waktu itu saya pas SMP, pas mulai puber. Ikutan ini ya buat ‘mejeng’ (majang, nampang) sekalian ‘ngeceng’ (ngincer). Mumpung rame-rame ini, kalo sendirian kan ga pede juga. Motonya ya “Biarin memble, yang penting kece”, biarin aja modal tampang pas-pasan, yang penting dandan pol-polan. Pake aja campur-campur yang ada di lemari. Makin berani pake tabrak-tabrakan, makin ‘kece’. Ukurannya lebih ke nyali dibanding estetika.
Termasuk gimana ‘stage act’ di lokasi. Makin ‘legek’ gayanya, makin bersinar jadi bintang. Sebetulnya ga jauh beda dengan ‘cosplay’, spektrumnya aja yang beda. Sama-sama pakai topeng persona yamg jauh dari realita harian di rumah atau sekolah yang diseragamkan jadi anak baik-baik. Di sini, terserah mau jadi apa saja.
Kenapa Melawai? Kira-kira sama dengan Dukuh Atas. Satu, ada simpul transportasi masal di situ. Kalau Dukuh Atas itu ada simpul busway, KRL dan MRT…Blok M saat itu adalah salah satu terminal terbesar di Jakarta yg jadi simpul bus dan angkot dari penjuru kota. Canggihnya Blok M itu ya ada basementnya, sekaligus ada pasarnya di bawah tanah. Sebelum pindah bus, window shopping dulu. Mirip-mirip stasiun MRT lah.
Dua, ada ruang terbuka publik. Di Dukuh Atas maupun Blok M, ada plaza terbuka buat sekedar lewat atau duduk-duduk manis minum sambil nyemil pas transit sebelum lanjut destinasi berikut.
Tiga, keduanya adalah gerbang menuju simbol kemegahan kota. Dukuh Atas itu gerbangnya HI, Grand Indonesia dan Plaza Indonesia yang dikenal premium. Blok M saat itu ada Pasaraya, Sarinah yang premium. Melawai Plaza itu pas di belakangnya Pasaraya, tapi model ITC nya. Kalau parkir di Pasaraya, keluar parkirnya lewat Melawai Plaza. Backdoornya. Buat yang dari pinggir kota, Melawai itu kelewatan sebelum masuk terminal Blok M.
Naaah, buat kawula muda, yang naik bus dengan dandanan pol, turun di jalan Melawai itu serasa masuk red carpet. Siapa yang turun bakal ditungguin penonton, dan langsung ‘dinilai’. Yang dandannya heboh, bakal ditepokin rame rame. Makin ditepokin, makin sukses dandan, dan gayanya.
Lanjut, JJS ini ga berenti di dandan, tapi ada shownya juga. Selain gaya di ‘redcarpet’ dan ‘catwalk’, ada juga tarung Tari Kejang nya (Breakdance). Kalo sekarang pada sibuk ngapalin joget Tiktok, dulu kami sibuk belajar jurus-jurus tari kejang lewat kaset betamax dari video rental setempat. Bawa compo dan alas kardus, lalu spontan adu jogetlah di trotoar. Fenomena ini sempat diangkat jadi film ‘Gejolak Kawula Muda’ dan ‘Blok M’. Ada juga lagu ‘Jalan-jalan Sore’ nya Deni Malik dan ‘Lintas Melawai’ nya Hari Mukti.
Kenapa ini jadi penting? Di sini ada perasaan bahwa kita bisa jadi seleb juga. Setidaknya selama sehari, kita bisa ikut ngerasa jadi sosialita. Perasaan ‘naik kelas’ sebelum pulang jadi orang biasa lagi. Ada semangat baru setiap habis pulang dari sana, bahwa hidup ini ga cuma gitu-gitu melulu. Sebuah pemantik.
So, fenomena ini bakal selalu berulang di tiap angkatan zaman. Dengan bentuk dan tempat berbeda. Spontan dan organik, ga pakepanitia-panitiaan. Sebetulnya memang selalu ada dorongan dalam diri kita untuk merayakan hidup. Budaya kita kaya akan festival rakyat. Dari ujung ke ujung, sepanjang tahun, selalu ada festival rakyat. Bahkan hari besar nasional dan keagamaan pun dijadikan festival rakyat, sebut saja lomba agustusan, pawai kartinian, sampai ngabuburit, mudik, dan lebaran. Hanya saja, kebijakan ruang publik tidak cukup memberi tempat untuk ini. Alhasil, dorongan itu pun mengalir spontan jadi bentuk-bentuk aktivitas seperti fenomena per generasi ini. Tidak akan terbendung, akan selalu ada. Tinggal mau dikelola atau tidak.
Jadi, mari rayakan bersama hidup ini.
Jika di JJS Lintas Melawai menghadirkan ikonik Paramitha Rusady dalam film Blok M dengan slogan ‘Memble Tapi Kece’, maka di Citayam Fashion Week hadir juga Jeje dengan slogan ‘Slebew’.
Apakah kehadiran Citayam Fashion Week, akan mengikuti jejak JJS Lintas Melawai dengan dibuatkan film serupa, kita tunggu saja gebrakan sineas Indonesia, yang tentunya tidak akan melewatkan begitu saja fenomena trending ini.
Penulis : Irwan